KARUNG BERAS

KARUNG BERAS
Satrio jodyapati

Dia masih berciuman dengan gincu merah manisnya, sudah hampir setengah jam aku menunggu didepan rumah dengan tujuan menghindari amuk ayahnya yang mengetahui anak perawannya kubawa menonton bioskop tanpa sepengetahuan kepala botaknya.

“Maaf sayang aku tadi aku kelamaan dandanya.” Gerak bibir merah manisnya, aku tak perlu merasakan dengah lidah, dengan melihatnya saja sudah cukup membuat air liur meronta-ronta. “gapapa, aku juga baru sampe kok” jawabku sembari melemparkan senyum tipis. “Yaudah ayo jalan yank, nanti filmnya keburu dimulia.” Perintah bibirmu yang masih merah manis. “Okey, berangkattttttt”.

Motorku melaju dengan girang, dia tau betul wanita yang sedang menaikinya, bukan sekali dua kali dia dinaiki gadis. Sebelumnya dia pernah membawa gadis kembang desa di kampungku, tapi entah kenapa dia selalu mati di tengah jalan dan berakhir dengan dorongan bertenaga. Sempat kutanyakan kepadanya, dan jawabnya “Aku tak suka bokong wanita yang rata itu.” Pada saat itu diriku langsung menyadarinya, bahwa motor juga punya selera bokong. Semoga saja wanita yang sedang dibawanya saat ini mempunyai bokong yang sesuai kriterianya. Dan benar saja, dia sampai tujuan tanpa mogok selama di perjalanan, syukurlah.“Sayang kita mau nonton apa?” Tanya bibir merah manisnya. Lagi, “Hmmm kita nontoh film horror ya” Jawabanku dibalas dengan anggukan kepalanya.

Film sudah berlangsung cukup lama, awalnya semua berjalan dengan lancar, tapi tiba-tiba pada saat adegan setannya muncul, wanita ini tiba-tiba menjerit ketakutan, dengan rasa gagah berani kupeluklah ia, “sungguh pilihan film yang tepat” gumamku dalam hati.
“Kamu gapapa yank?” Tanyaku. “Aku takut, kita pulang aja yuk” rengek bibir merah manisnya. Yaaa sudah apa boleh buat, dengan berat hati aku mengantarnya pulang, tapi ketika beranjak dari kursi, tiba-tiba layar bioskop mati, tidak ada penerangan satu pun, wanita ini kembali ketakutan yang lebih dari sebelumnya, kupeluk lagi tubuhnya itu, “sungguh bioskop yang tepat” gumamku lagi di dalam hati.

Sejenak, dua jenak, dan beberapa jenak layar kembali menyala lagi dan melanjutkan memutar filmnya, tapi tidak dengan wanita ini, dia masih bersikeras ingin pulang. Sesampainya di parkiran motor, tiba-tiba wanita ini memintaku untuk menemaninya
ketoilet. Penerangan ditoilet agak remang-remang, aku hanya menunggunya diluar, itu perintahnya.

“Yank kesini deh, bantuin aku.” Suara bibir merah manisnya meminta bantuanku.
“Ada apa yank ?” Tiba-tiba dia memberikan ciuman tepat di bibirku, “Sungguh toilet yang pas” Gumamku dalam hati. Aku tidak mau menyerah begitu saja, akupun ikut serta membalas ciumannya dengan sedikit gerakan lidah yang saling berpelukan.

“Udah cukup yank“ Dia menarik bibirnya yang merah pudar tapi manisnya itu, dan entah kenapa kepalaku mengangguk, padahal aku masih ingin merasa bibirnya dan membuat noda lipstiknya habis seutuhnya. “Kita pulang yuk” ajak bibirnya yang masih menyimpan sedikit noda merah lipstik. Tak kuasa menolaknya, akupun menurutinya, sesampainya diparkiran motor dan sampai kerumahnya, semuanya tampak lancar-lancar saja. Aku memperoleh kecupan dibibir sebagai tanda terima kasihnya.

Sekarang hanya ada aku dan motorku, dengan sedikit nada meledek kubertanya “Bagaimana bokong wanita yang tadi, apa sesuai dengan kriteriamu ?” Tak ada jawaban, motorku malah kebingungan dan bertanya balik, “Memang tadi itu bokong wanita ya ? Kukira itu karung beras.”

Tangerang, 07 April 2020

Bio:
Namanya adalah Satrio jodyapati, ia lahir di karawang, 05 Agustus 2003. Dia adalah anak kelima dari enam bersaudara. Kakaknya yang kedua seorang laki-laki bernama Pungkas yudha susena, seorang penulis buku puisi yang berjudul “aku merencanakan diriku hilang”.

Semasa kecil dia memiliki kepercayaan diri yang lebih dibandingkan teman-temanya yang lain, sehingga dia pun terlihat lebih menonjol dibandingkan yang lain. Itu yang membuatnya sangat unik dan berbeda.



Komentar

Posting Komentar